Belum ada judul

Belum ada judul
Kamehameha

Rabu, 01 Januari 2014

TANPA JUDUL

RAHASIA KALIMAT SAHADAT DAN HANACARAKA (CARAKAN)

Sebenarnya Ma’rifat itu terdapat pada kata kehendak, itu kehendaknya Allah, gerak, sabda, semua itu kemauan Allah (Makarti – Jawa), menurut kenyataan yang dikehendaki sebelum dikerjakan sudah siap, sebelum ditunggu sudah datang; umpama orang akan pergi ke Yogyakarta, baru berfikir mencari angkot, angkot datang mencari sewa dan tanya dimana Yogyakarta ya mas?, lalu orang tadi naik angkot ke Yogya, perjalanan itu berarti kehendak Allah, orang itu menyatu dengan Dat tadi (Allah), sehingga satu sama lain tidak merasakan hanya menurut kehendaknya. Jadi Dat yang ada pada orang tadi tidak susah-susah. Yang tadi sudah diterangkan bila Hakikatnya Dat itu ya Afhngal dan Asmanya, artinya ya aku ya kamu adalah satu, maka tidak mengherankan bila orang itu dikuasai oleh Dat Allah, kuasa mempercepat, kuasa membelokan tujuan, maka dari orang sebenarnya utusan Dat (sifat Dat), maka dari itu merasa menjadi utusan, lalu memiliki sifat kuasa-Nya, jadi harus menyembah dan memuliakan terhadap Dat Allah.
Bisa melaksanakan apa saja dasar kekuasaan, jika makhluk itu utusan Dat yang wajib adanya. Dibawah ini adanya Wiridan itu artinya kalimat Sahadat yang sudah cocok dengan kebudayaan Jawa akan diterangkan untuk rumah tangga (tingkatan).
Ucapan Rasullullah terhadap Muaz : “Ma Min Ahadin Yashaduan la illaha illallahu washadu anna muhammadan rasullullahi sidqan min qalbihi illa ahrramahu allahu alla annari “, satu-satunya orang yang mengucapkan kalimat Sahadat samapai kehati terhadap Allah pasti tidak akan tersiksa dineraka.
Wiridan (ajaran) Sahadat begini : “Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasullullah”, yang artinya aku bersaksi sebenarnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi sebenarnya Muhammad itu utusan Allah.
Wiridan (ajaran) rahasia Carakan HO-NO-CO-RO-KO; “Honocoroko Dotosowolo Podojoyonya Mogobothongo”, artinya ada utusan dua, laki dan perempuan (wanita) berebut kekuatan, sama saktinya (kuatnya) bergumul mati sama-sama menjadi bangkai (terpuruk) lunglai.
Yang akan diterangkan terlebih dahulu tentang dua kalimat Sahadat dulu, dan selanjutnya disusul dengan Carakan;
I. Kalimat Sahadat
Di tanah Jawa jika ada temukan (mempertemukan) pengantin umumnya mengucapkan Kalimat Sahadat, walaupun bukan bahsa Jawa tetapi sudah tradisi menjadi kebudayaan dari masa terdahulu pada zaman para wali. Dan kalimat Sahadat itu ucapan orang Islam yang belum mengetahui (pelajaran) rukun-rukun Islam. Jadi mengakui menyembah kepada Allah itu harus mengetahui arti kalimat Sahadat, lalu di zaman wali kalimat Sahadat itu dipakai pertamanya mendapat wejangan terhadap siapapun orangnya yang mau berguru, walaupun bahasa Arab kalimat Sahadat itu menjadi saksi Dat Maha Agung dan Muhammad itu utusan-Nya, arinya sudah meliputi alam semesta. Di tanah Jawa bahasa Arab itu tinggal memakai (pinjam) dan bisa dengan bahasa apa saja yang artinya sama. Dan bahasa-bahasa tadi hanya sebagai tanda. Di kalimat tadi ada kata Muhammad yan mempunyai makna sendiri, sebenarnya Nabi Muhammad namanya ada 4, dan kata syair kata Hamdun (memuji) Hamida (di puji) lengkap nama-nama tadi seperti dibawah ini :
a. Hamid, artimya yang di puji
b. Mahmud, artinya yang mendapat pujian
c. Ahmad, artinya yang lebih di puji
d. Muhammad, artinya yang memiliki pujian.
Di dalam kalimat Sahadat tadi Muhammad tidak bisa di ganti dengan kata lain, walaupun ada akan tetapi artinya yang dipakai ada 2 (dua) unsur :
1. Mengartikan Umpama
2. Mengartikan Nama
Diwirid disebut kata-kata (nama-nama) tadi Nur Muhammad, artinya cahaya yang terpuji atau cahaya yang sempurna. Kata Muhammad itu sifat yang mempunyai pujian. Kalimat mengatakan Muhammad Rasullullas, siapa yang menjadi utusan Allah , apa Muhammad putra Sayidina Abdullah di Mekah (Arab), apa Muhammad atau Nur Muhammad?. Keerangannya : pada citra (Hakikat Allah) dan pecah-pecah hanya orang hidup. Sebenarnya yang dipuji itu sifat orang hidup yang memiliki sifat 20. jadi yang begitu para Nabi, Wali, Ulama yang mukmin, orang itu semua sifat Muhammad. Dan keterangan tentang utusan (Rasul) seperti dibawah ini :
Muhammad lalu menjadi utusan Allah , dan Allah itu bisa menjadi Allah-ku, Allah-mu, Allah kita semua dan seluruh alam. Jadi yang disebut utusan itu ialah utusan Allah-nya sendiri-sendiri, langsung mengakui mempunyai Allah. Utusan itu sifat hidup, kalau sudah mati (meninggal) tidak bisa menjadi utusan karena orang mati tidak mempunyai Allah. karena sifat-sifat Dat yang menghidupi sudah musnah (lihat keterangan Bab Sifat 20).
Di kitab Injil Mutheus 22 (31,52,33) disebut begini : belum pernah membaca kata-kata Allah kepadamu, Allah ini Allah-nya Abraham, Ishak dan Yakub, Allah itu bukan Allah-nya orang mati tetapi Allah-nya orang hidup.
Yang menjadi pertanyaan, walaupun mempunyai sifat Muhammad atau Rasul, kenapa bisa menjadi utusan Nafsu (Syetan) makhluk halus (perewangan-Jawa) atau utusan angkara murka. Semua itu bagi orang yang belum dalam ilmunya hanya sok (merasa sudah) tahu saja, hanya baru mencapai tingkat Tarikat, lalu umpama benar mengerjakan membuktikan bahwa menjadi Utusan Allah, dan harus menjadi Ma’rifat (Islam). Jadi orang itu sebetulnya sudah At-tauhid (menyatu dengan kehendak Allah), kemudian disebut seorang Islam Sejati (sarino batoro – Jawa) dan juga menjadi utusan, zaman dulu disebut Nabi, Wali dan cukup disebut Ma’rifatullah.
Pendapat yang salah golongan Wirid mengatakan Muhammad diartikan sebenarnya Muhammad itu sifatku, Rasul itu rasaku (Rahso-sangsekerta). Rasul itu utusan asal dari bahasa Arab, Rahso (rasa) asal dari bahasa Sangsekerta (sang sekrit) jadi tidak sesuai. Muhammad itu Rasul tetapi rasa (rahso) itu rasaku jadi tidak sama. Maka dari itu sudah jelas kalau Muhammad itu sifat hidup yang lengkap dan menjadi utusan.
Sifat Muhammad sudah lengkap, memiliki sifat 20; Rasa, Perasaan, Pekerjaan, Pikiran (akal yang sempurna) dan lain-lain. Kenapa bermacam-macam diartikan, Allah itu tidak bisa disamakan dengan makhluk-makhluk/benda-benda lain, jadi pendapat-pendapat yang salah harus dijauhi.
Kata-kata tadi terdapat juga di Hidayat jati (buku hidayat jati). Jadi pengarang Hidayat jati mengutip pendapat para Wali.
Kalau begitu pendapat para Wali tadi yang sudah dianut pada zaman sekarang itu apakah salah atau tidak? Tetapi semua itu harus bersandar kepada hukum Qiyas (meneliti) pendapat itu begini :
Muhammad = Rasul
Rasul = Sifatnya Muhammad
Sifat Muhammad = Sifatnya Dat
Sifatnya Dat = menyertai sifat seluruh yang diciptakan dan hidup (kayu, batu, manusia dan lain-lainnya)
Sifatnya Dat = Hakikatnya Dat
Hakikatnya Dat = Wujud Sempurna
Wujud Sempurna = Manusia Hidup
Manusia Hidup = Memiliki sifatnya Dat / Sifat 20.
Jadi yang merasakan orang hidup (utusan) yang diutus. Jadi bukan salah satunya sifat-sifat tadi yang disebut utusan, Rasa sejati (Rosone Ingsun – jawa), sifat pribadi (Sipate Ingsun-jawa), semua itu milik Dat yang wajib adanya (Allah). Kalau diteliti atau dikaji-kaji kata-kata yang diatas tadi sama dengan Qiyasan Esa, Widhatul Wujud, artinya Chaliq dan makhluk itu satu (lihat keterangan Bab Dat, Sifat, Asma, Afhngal terdahulu)
II. Carakan.
Sampai sekarang masih menjadi bahan pertanyaan para sejarah dan belum mendapat yang tepat, contohnya tentang Aji Saka itu siapa dan apa? Apa maknanya Carakan itu?, walaupun jumlah huruf hanya 20 (dua puluh) tetapi kenyataan bisa mencakup semua makna huruf bahasa sendiri dan bahasa asing,, karena kata-kata itu berhubungan dengan kalimat Sahadat maka jumlahnya 20, bisa dijelaskan dengan sifat 20, maka artinya kalimat Carakan seperti dibawah ini :
a Wiridan (Pelajaran)
Aku bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi Muhammad utusan Allah
b Carakan, ada 2 utusan; laki dan wanita asik perang tanding sampai mati:
Keterangannya begini: ada 2 utusan laki dan perempuan (hidup laki dan perempuan) sama menjadi utusan Allah supaya berkembang anak beranak. Laki dan perempuan (wanita), bukan manusia saja tetapi seluruh makhluk didunia ini semua berpasang-pasang menjadi saksi Dat (Allah), maka dari itu tidak ada barang yang tidak ada, artinya keadaan DAT itu kekal adanya. Sebenarnya utusan dua jumlahnya, sama jaya, artinya lebih sempurna dari pada makhluk lain, tidak lain adalah manusia yang diluhurkan dari sifat kekurangan, lengkap terhadap sifat 20 sama-sama memiliki, disebut juga sama kuatnya, artinya walaupun laki atau perempuan sama-sama umat luhur dan sempurna.
Carakan tadi mengatakan sama-sama tidak berdaya (kehabisan tenaga) atau mati, apa sebabnya sama-sama menjadi bangkai (tidak berdaya), sehabis perang tanding atau bersetubuh, tusuk menusuk hingga mati tanpa ada yang melerai, jadi sama mati seperti bangkai, terpuruk kehabisan tenaga tidak bergerak dan lemas. Laki dan perempuan jadi sumbernya manusia berkembang. Mengembangakan manusia itu tidak ada putusnya, berdasarkan Qodrat dan Irodat (sifat 20), lalu menghasilkan kenikmatan (merasakan enak). Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, jadi mati seperti bangkai itu sebentar kalau terus mati itu bukan utusan untuk mengembangkan manusia (umat-Nya). Orang Jawa setiap saat menyebut kata-kata (Kalimat-kalimat jawa) yang terdapat pada Carakan, terbukti setiap berkata pasti memakai kata HA. NA. KA. PA. RA. WA. Jadi orang Jawa setiap hari tidak ketinggalan mengatakan Carakan, setiap kata pasti memakai salah satu dari Carakan tentang berfikir, bertengkar tetap memakai huruf yang 20 / Carakan seperti ini : HA-NA-CA-RA-KA DA-TA-SA-WA-LA PA-DA-JA-YA-NYA MA-GA-BA-THA-NGA.
Rahasia yang tersimpan dicarakan itu tidak akan hilang tetapi tetap laki perempuan semua menyebutkan kata-kata yang ada pada Carakan 20 (jumlah 20 itu sifat Allah).
Keadaan nama Muhammad itu Hakikatnya DAT itu yang mencari orang yang sudah mempunyai ilmu atau orang yang sudah mengetahui rahasia hidup, artinya begini : apa saja yang yang tertulis dikitab-kitab suci (Al-Qur’an, Injil, Jabur dll) pasti bisa dicari, dipelajari, diteliti karena kitab itu untuk orang-orang yang hidup. Jadi artinya pendapat itu sangat sulit, susah sekali. Rahasia isi kitab Qur’an dan kitab-kitab lainnya bisa diketahui oleh orang yang berilmu. kita ulang lagi tentang kalimat Carakan, semua itu kalau bukan orang kaya ilmu tidak bisa mencari (meneliti). Kalimat Sahadat untuk agama Islam itu sebenarnya kalimat yang tidak abadi, oleh karena menurut umum orang-orang kalau menyebut kalimat Sahadat itu hanya bertepatan pesta perkawinan, mengkhitankan (sunat) anaknya, kalau tidak, tidak pernah diucapkan. Kalau kata Carakan tiap menit tiap detik diucapkan selama hidup, maka untuk menjadi utusan lalu memiliki sifat Muhammmad atau menjadi penanam, penangkar, mengadakan, membuktikan adanya utusan-utusan itu abadi, dan kalau perlu harus di ingatkan;
1. Kalimat Sahadat, rukun Islam itu saksi adanya Dat Allah, walaupun tidak dipanggil, di bicarakan, dipikir-pikir dan lain-lain. Dat tetap adanya dan berubah-ubah dan sifat Muhammad itu tetap ada dan pasti ujud (bentuk nyata), tetapi jika masih hidup bergerak-gerak. Jadi yang memngucap dan menyaksikan itu orang hidup.
2. Carakan itu rahasia, sulit, artinya rahasianya yang mengatakan; ada Muhammad, ada ujud sifat 20. adanya abadinya Dat (Allah) tetap tarik menarik dan setiap hari kita merasakan, kita buktikan tetap bergerak (makarti – Jawa), tidak mati, masih bisa berberbicara dan melanjutkan dua-duanya yang tersebut diatas tadi saling bantu membantu, satu diantara dua bersatu (Widhatul Wujud), Esa, artinya tidak ada, dua tetapi satu (menyatu-At’tauhid)
Rahasia yang terdapat di Carakan, sebuah buku karangan seorang Mangku negaran, diterangkan begini :
1. Hananira Sejatine Wahananing Hyang,
2. Nadyan ora kasat-kasat pasti ana,
3. Careming Hyang yekti tan ceta wineca,
4. Rasakena rakete lan angganira,
5. Kawruhana ywa kongsi kurang weweka,
6. Dadi sasar yen sira nora waspada,
7. Tamatna prahaning Hyang sung sasmita,
8. Sasmitane kang kongsi bisa karasa,
9. Waspadakna wewadi kang sira gawa (sipat Rasul / Muhammad),
10. Lalekna yen sira tumekeng lalis (sekarat) (5),
11. Pati sasar tan wun manggya papa,
12. Dasar beda lan kang wus kalis ing goda; (Islam / Ma’rifat),
13. Jangkane mung jenak jenjeming jiwarja,
14. Yitnanana liyep luyuting pralaya (angracuta yen pinuju sekarat ),
15. Nyata sonya nyenyet labeting kadonyan,
16. Madyeng ngalam paruntunan (?) aywa samar,
17. Gayuhane tanalijan (tan ana lijan) mung sarwa arga,
18. Bali Murba Misesa ing njero-njaba (Widhatulwujud, Esa, Suwiji),
19. Tukulane wida darja tebah nista,
20. Ngarah-arah ing reh mardi-mardiningrat.
Artinya :
1. Asalmu karena kehendak Allah,
2. Walaupun tidak nampak tetapi ada,
3. Allah yang Kuasa tidak bisa ditebak (dinyatakan),
4. Rasakan dalam tubuhmu,
5. Ketahui sampai kurang waspada,
6. Jadi salah kalau kurang waspada,
7. Nyatakan Allah memberi petunjuk,
8. Petunjuk sampai bisa merasakan,
9. Waspadalah rahasia yang kau bawa (sifat Rasul/Muhammad),
10. Lupakan sampai sekaratil maut (menjelang ajal/koma),
11. Mati yang salah menjadi susah,
12. Dan beda bagi yang tidak tergoda (Islam/Mari’fat),
13. Tujuannya hanya tentram jiwanya,
14. At’tauhid atau khusyuk waktu sekaratil maut,
15. Ternyata sepi (hilang) sifat dunia,
16. Dalam alam barzah ternyata samar (gaib),
17. Tujuan tidak lain hanya satu,
18. Pulang menguasai Lahir Batin (Esa),
19. Tumbuhnya benih menjauhkan aniaya,
20. Hati-hati manuju jalan kedunia

Senin, 22 Agustus 2011

Sang Legenda hidup

Iwan fals...
Sejak Puluhan tahun yg lalu beliau melantunkan syairnya dan sampai saat ini tdk ada jaminan bahwa skrg kita Faham,PadahaL kata2 Beliau Mengeja Kehidupan Kita sendiri,kebingungan sejarah kita dari hari kehari,sejarah tentang negeri yg puncak kerusakanya terletak pada ktidak sanggupan para penghuninya untuk mengakui betapa kerusakan itu sdh sedemikian..

Ufj@2011

Kamis, 11 Agustus 2011

BEBERAPA BIOGRAFI ORANG² YG SANGAT SAYA KAGUMI DAN BANYAK BERPENGARUH DALAM HIDUPKU












 











 
Suara-Suara Beberapa orang yg sangat aku kagumi ini masih terus terdengar ditelingaku setiap saat,,, entah dari mp3,hp,lapto dan media media lain disekitar saya, terima kasih bang iwan,terima kasih gus, terima kasih cak.....
 

1.  Iwan Fals
    Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis.
    Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.
    Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.
    Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.
    Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.
    Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.
    Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.
    Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.
    Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.
    Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.
    Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.
    Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.
    Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.
    Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.
    Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses. Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.
    Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.
    (diambil dari iwanfals.co.id)

    IWAN FALS
    Nama asli: Virgiawan Listanto
    Nama populer: Iwan Fals
    Nama panggilan: Tanto
    Tempat tgl. lahir: Jakarta, 3 September 1961
    Alamat sekarang: Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis,
    Bogor Jawa Barat - Indonesia
    Pendidikan:
    SMP 5 Bandung,
    SMAK BPK Bandung,
    STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
    Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
    Orang tua: Lies (ibu), alm. Sutopo (ayah)
    Isteri: Rosanna (Mbak Yos)
    Anak:
    Galang Rambu Anarki (almarhum)
    Anissa Cikal Rambu Basae
    Rayya Rambu Robbani
    Hobi: sepakbola, karate


    2. Nama: EMHA AINUN NAJIB
    Lahir:
    Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
    Agama:
    Islam
    Isteri:
    Novia Kolopaking

    Pendidikan:
    - SD, Jombang (1965)
    - SMP Muhammadiyah, Yogyakarta (1968)
    - SMA Muhammadiyah, Yogyakarta (1971)
    - Pondok Pesantren Modern Gontor
    - FE di Fakultas Filsafat UGM (tidak tamat)

    Karir:
    - Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970)
    - Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976)
    - Pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta)
    - Pemimpin Grup musik Kyai Kanjeng
    - Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media

    Karya Seni Teater:
    • Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto),
    • Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan),
    • Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern),
    • Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
    • Santri-Santri Khidhir (1990, bersama Teater Salahudin di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun),
    • Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar),
    • Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
    • Perahu Retak (1992).

    Buku Puisi:
    • “M” Frustasi (1976),
    • Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
    • Sajak-Sajak Cinta (1978),
    • Nyanyian Gelandangan (1982),
    • 99 Untuk Tuhanku (1983),
    • Suluk Pesisiran (1989),
    • Lautan Jilbab (1989),
    • Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),
    • Cahaya Maha Cahaya (1991),
    • Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
    • Abacadabra (1994),
    • Syair Amaul Husna (1994)

    Buku Essai:
    • Dari Pojok Sejarah (1985),
    • Sastra Yang Membebaskan (1985)
    • Secangkir Kopi Jon Pakir (1990),
    • Markesot Bertutur (1993),
    • Markesot Bertutur Lagi (1994),
    • Opini Plesetan (1996),
    • Gerakan Punakawan (1994),
    • Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996),
    • Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994),
    • Slilit Sang Kiai (1991),
    • Sudrun Gugat (1994),
    • Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),
    • Bola- Bola Kultural (1996),
    • Budaya Tanding (1995),
    • Titik Nadir Demokrasi (1995),
    • Tuhanpun Berpuasa (1996),
    • Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997)
    • Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997)
    • Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997),
    • 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998),
    • Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998)
    • Kiai Kocar Kacir (1998)
    • Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998)
    • Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999)
    • Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000),
    • Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
    • Menelusuri Titik Keimanan (2001),
    • Hikmah Puasa 1 & 2 (2001),
    • Segitiga Cinta (2001),
    • “Kitab Ketentraman” (2001),
    • “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001),
    • “Tahajjud Cinta” (2003),
    • “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003),
    • Folklore Madura (2005),
    • Puasa ya Puasa (2005),
    • Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara),
    • Kafir Liberal (2006)
    • Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006)

    3. KH. Ahmad Mustofa Bisri


    Lahir : Rembang, 10 Agustus 1944
    Agama : Islam
    Jabatan: Pimpinan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
    Istri: Siti Fatimah
    Anak:
    1. Ienas Tsuroiya
    2. Kautsar Uzmut
    3. Randloh Quds
    4. Rabitul Bisriyah
    5. Nada
    6. Almas
    7. Muhammad Bisri Mustofa
    Ayah   : Mustofa Bisri
    Ibu      : Marafah Cholil

    Pendidikan :
    - Pondok Pesantren Lirboyo Kediri
    - Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta
    - Raudlatuh Tholibin, Rembang
    - Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

    Karya Tulis Buku:
    - Dasar-dasar Islam (terjemahan, Abdillah Putra Kendal, 1401 H);
    - Ensklopedi Ijma’ (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987);
    - Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979);
    - Kimiya-us Sa’aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya);
    - Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung);
    - Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994);
    - Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993);
    - Mutiara-Mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994);
    - Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995);
    - Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996);
    - Mahakiai Hasyim Asy’ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996);
    - Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996);
    - Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995);
    - Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997);
    - Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997);
    - Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997)

    Organisasi:
    Mantan Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) periode 1994-1999 dan 1999-2004

    TERIMA KASIH ALAM TERIMA KASIH TUHAN....
    umat fals jember/yayad hidayatullah

    Kamis, 23 Juni 2011

    Selasa, 21 Juni 2011

    Iwan Fals Minta Pemerintah Sediakan Lapangan Pekerjaan Top 9 News / Hukum & Kriminal / Selasa, 21 Juni 2011 21:24 WIB

    http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/06/21/130647/Iwan-Fals-Minta-Pemerintah-Sediakan-Lapangan-Pekerjaan-Metrotvnews.com, Jakarta: Musisi Iwan Fals mengecam pemerintah karena gagal melindungi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri menyusul dihukum pancung Ruyati, TKI asal Bekasi, jawa Barat. Iwan pun meminta pemerintah segera menghentikan pengiriman tenaga kerja pembantu rumah tangga wanita ke Arab Saudi. Pemerintah kini harus serius menyediakan lapangan pekerjaan di dalam negeri.

     "Pemerintah harus serius memberikan lapangan pekerjaan di Tanah Air. Sehingga, rakyat tidak perlu pergi ke luar ke negeri untuk mencari pekerjaan. Apalagi di sana juga tidak ada jaminan perlindungan," jelas musisi bernama asli Virgiawan Listanto di Jakarta, Selasa (21/6).

     Senada dengan Iwan, mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengatakan, negara miskin sekalipun tidak akan mengirimkan TKW ke Arab Saudi. Sebab, di negeri itu tidak ada jaminan perlindungan untuk pembantu rumah tangga dari tindak kekerasan majikan.

     "Hanya Indonesia yang mengirimkan TKW rumah tangga ke Arab Saudi. Padahal, negara semiskin apa pun tidak mau mengrimkan ke Arab. Bahkan, Bangladesh, Pakistan dan negara-negara di Afrika Tengah pun tidak mau mengirimkan warganya. Di sana tidak ada jaminan untuk melindungi pembantu rumah tangga," tegasnya.(ARD)

    Rabu, 15 Juni 2011

    Duh, Satu Keluarga di Jember Lumpuh dan Terlilit Kemiskinan



    JEMBER, Keluarga Janiman bernasib nahas. Warga yang tinggal di Desa Rambi Puji, Jember, Jawa Timur, itu hidup dalam kemiskinan selama bertahun-tahun. Bahkan tiga anggota keluarga Janiman harus hidup lumpuh selama sepuluh tahun.
    Mereka yang lumpuh adalah Janiman, istri, dan anaknya. Sehari-hari mereka hidup dari belas kasihan orang lain. Rumah tempat tinggal keluarga ini juga tak layak, bahkan nyaris roboh. Alih-alih memperbaiki rumah, untuk berobat ke rumah sakit saja Janiman tak mampu.
    Tetangga Janiman tak mampu berbuat banyak. Mereka juga bukan orang yang berkemampuan. Untuk masak, warga sekitar menggunakan kertas dan sisa kulit durian.
    Tak ada yang mampu mengobati lumpuhnya keluarga Janiman karena biayanya terlalu besar. Warga berharap pemerintah segera turun tangan menolong keluarga Janiman.