Belum ada judul

Belum ada judul
Kamehameha

Senin, 22 Agustus 2011

Sang Legenda hidup

Iwan fals...
Sejak Puluhan tahun yg lalu beliau melantunkan syairnya dan sampai saat ini tdk ada jaminan bahwa skrg kita Faham,PadahaL kata2 Beliau Mengeja Kehidupan Kita sendiri,kebingungan sejarah kita dari hari kehari,sejarah tentang negeri yg puncak kerusakanya terletak pada ktidak sanggupan para penghuninya untuk mengakui betapa kerusakan itu sdh sedemikian..

Ufj@2011

Kamis, 11 Agustus 2011

BEBERAPA BIOGRAFI ORANG² YG SANGAT SAYA KAGUMI DAN BANYAK BERPENGARUH DALAM HIDUPKU












 











 
Suara-Suara Beberapa orang yg sangat aku kagumi ini masih terus terdengar ditelingaku setiap saat,,, entah dari mp3,hp,lapto dan media media lain disekitar saya, terima kasih bang iwan,terima kasih gus, terima kasih cak.....
 

1.  Iwan Fals
    Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis.
    Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.
    Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.
    Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.
    Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.
    Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.
    Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.
    Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.
    Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.
    Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.
    Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.
    Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.
    Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.
    Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.
    Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses. Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.
    Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.
    (diambil dari iwanfals.co.id)

    IWAN FALS
    Nama asli: Virgiawan Listanto
    Nama populer: Iwan Fals
    Nama panggilan: Tanto
    Tempat tgl. lahir: Jakarta, 3 September 1961
    Alamat sekarang: Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis,
    Bogor Jawa Barat - Indonesia
    Pendidikan:
    SMP 5 Bandung,
    SMAK BPK Bandung,
    STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
    Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
    Orang tua: Lies (ibu), alm. Sutopo (ayah)
    Isteri: Rosanna (Mbak Yos)
    Anak:
    Galang Rambu Anarki (almarhum)
    Anissa Cikal Rambu Basae
    Rayya Rambu Robbani
    Hobi: sepakbola, karate


    2. Nama: EMHA AINUN NAJIB
    Lahir:
    Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
    Agama:
    Islam
    Isteri:
    Novia Kolopaking

    Pendidikan:
    - SD, Jombang (1965)
    - SMP Muhammadiyah, Yogyakarta (1968)
    - SMA Muhammadiyah, Yogyakarta (1971)
    - Pondok Pesantren Modern Gontor
    - FE di Fakultas Filsafat UGM (tidak tamat)

    Karir:
    - Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970)
    - Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976)
    - Pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta)
    - Pemimpin Grup musik Kyai Kanjeng
    - Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media

    Karya Seni Teater:
    • Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto),
    • Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan),
    • Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern),
    • Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
    • Santri-Santri Khidhir (1990, bersama Teater Salahudin di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun),
    • Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar),
    • Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
    • Perahu Retak (1992).

    Buku Puisi:
    • “M” Frustasi (1976),
    • Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
    • Sajak-Sajak Cinta (1978),
    • Nyanyian Gelandangan (1982),
    • 99 Untuk Tuhanku (1983),
    • Suluk Pesisiran (1989),
    • Lautan Jilbab (1989),
    • Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),
    • Cahaya Maha Cahaya (1991),
    • Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
    • Abacadabra (1994),
    • Syair Amaul Husna (1994)

    Buku Essai:
    • Dari Pojok Sejarah (1985),
    • Sastra Yang Membebaskan (1985)
    • Secangkir Kopi Jon Pakir (1990),
    • Markesot Bertutur (1993),
    • Markesot Bertutur Lagi (1994),
    • Opini Plesetan (1996),
    • Gerakan Punakawan (1994),
    • Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996),
    • Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994),
    • Slilit Sang Kiai (1991),
    • Sudrun Gugat (1994),
    • Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),
    • Bola- Bola Kultural (1996),
    • Budaya Tanding (1995),
    • Titik Nadir Demokrasi (1995),
    • Tuhanpun Berpuasa (1996),
    • Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997)
    • Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997)
    • Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997),
    • 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998),
    • Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998)
    • Kiai Kocar Kacir (1998)
    • Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998)
    • Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999)
    • Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000),
    • Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
    • Menelusuri Titik Keimanan (2001),
    • Hikmah Puasa 1 & 2 (2001),
    • Segitiga Cinta (2001),
    • “Kitab Ketentraman” (2001),
    • “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001),
    • “Tahajjud Cinta” (2003),
    • “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003),
    • Folklore Madura (2005),
    • Puasa ya Puasa (2005),
    • Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara),
    • Kafir Liberal (2006)
    • Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006)

    3. KH. Ahmad Mustofa Bisri


    Lahir : Rembang, 10 Agustus 1944
    Agama : Islam
    Jabatan: Pimpinan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
    Istri: Siti Fatimah
    Anak:
    1. Ienas Tsuroiya
    2. Kautsar Uzmut
    3. Randloh Quds
    4. Rabitul Bisriyah
    5. Nada
    6. Almas
    7. Muhammad Bisri Mustofa
    Ayah   : Mustofa Bisri
    Ibu      : Marafah Cholil

    Pendidikan :
    - Pondok Pesantren Lirboyo Kediri
    - Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta
    - Raudlatuh Tholibin, Rembang
    - Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

    Karya Tulis Buku:
    - Dasar-dasar Islam (terjemahan, Abdillah Putra Kendal, 1401 H);
    - Ensklopedi Ijma’ (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987);
    - Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979);
    - Kimiya-us Sa’aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya);
    - Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung);
    - Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994);
    - Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993);
    - Mutiara-Mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994);
    - Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995);
    - Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996);
    - Mahakiai Hasyim Asy’ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996);
    - Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996);
    - Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995);
    - Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997);
    - Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997);
    - Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997)

    Organisasi:
    Mantan Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) periode 1994-1999 dan 1999-2004

    TERIMA KASIH ALAM TERIMA KASIH TUHAN....
    umat fals jember/yayad hidayatullah